vcdiversity.org

vcdiversity.org – Hatna Danarda, yang lebih dikenal dengan nama panggung Arda Naff, baru-baru ini menjalani pengalaman ibadah haji bersama istrinya, Tantri. Selama berada di Tanah Suci, vokalis band Naff ini aktif berbagi cerita tentang perjalanannya melalui media sosial.

Dalam salah satu unggahan di Instagramnya (@ardanaff), Arda membagikan pengalaman uniknya saat berada di Mina, lokasi yang dikenal padat selama musim haji. “Hadiah ulang tahunku adalah toilet,” tulisnya pada keterangan foto yang diunggah pada tanggal 18 Juni 2024, menggambarkan betapa pentingnya fasilitas tersebut di tengah kerumunan jutaan jemaah.

Menurut Arda, yang lahir pada 17 Juni 1988, perjalanan haji adalah sebuah pengalaman spiritual yang mendalam dan pribadi. Ia menceritakan bahwa meskipun tendanya berlokasi cukup dekat dengan Jamarat, hanya sekitar 600 meter, ia dan istrinya harus mengambil rute memutar sepanjang 6 kilometer untuk kembali ke tenda setelah melempar jumrah, guna menghindari tabrakan dengan arus jemaah yang berlawanan.

Suhu di Makkah saat itu mencapai 46 derajat Celsius, namun secara tiba-tiba hujan turun. “Saya menengadahkan tangan untuk berdoa, waktu yang sangat mustajab, air mata saya yang netes nyaru dengan air hujan,” kenang Arda, menggambarkan momen emosional tersebut.

Perjalanan kembali ke tenda tidak mudah. Arda menggambarkan bagaimana ia bersama jemaah lain melintasi sebuah terowongan besar, suara takbir bergema, memberikan kesan seperti berada di alam lain. Namun, di tengah perjalanan tersebut, Arda mengalami sakit perut yang sangat hebat.

Dalam keadaan darurat, ia mencoba mencari toilet tetapi setiap toilet memiliki antrean panjang. Dalam situasi yang sangat mendesak, seorang jemaah menawarkan untuk Arda menggunakan tempatnya di antrean, mengutamakan kebutuhan darurat Arda. “Mas pakai antrean saya saja, saya gak buru-buru kok, darurat mesti didahulukan,” kata jemaah tersebut.

Setelah selesai, Arda menyampaikan terima kasihnya yang tulus kepada orang tersebut, mengingatkan semua tentang pentingnya kebaikan, meskipun sekecil apa pun, terutama di tanah suci.

Arda menutup ceritanya dengan refleksi tentang makna ibadah haji, menyebutkan bahwa setiap orang memiliki pengorbanannya masing-masing, mirip dengan kisah Ismail. “Haji bukan sekedar gelar dan syukuran keluarga, tapi haji buat saya pribadi adalah mengasah diri,” tuturnya, mengakhiri kisah perjalanan hajinya yang penuh dengan tantangan dan pembelajaran spiritual.